Rabu, 27 Maret 2013

Asuhan keperawatan hipospadia



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius, pertama-tama yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan amputasi dari bagian penis distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentia pada tahun 200 dan tahun 400.
Duplay memulai era modern pada bidang ini pada tahun 1874 dengan memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200 teknik telah dibuat dan sebagian besar merupakan multi-stage reconstruction; yang terdiri dari first emergency stage untuk mengoreksi stenotic meatus jika diperlukan dan second stage untuk menghilangkan chordee dan recurvatum, kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty.
Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik multi-stage yaitu; membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak mencapai ujung glands penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika dianggap kurang baik.
Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-stage repair untuk mengurangi komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari segi estetik dianggap lebih baik, komplikasi minimal, dan mengurangi social cost.
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa /i mampu mengerti tentang Asuhan Keperawatan Hipospadia

Tujuan khusus
a.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Defenisi Hipospadia
b.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Etiologi  Hipospadia
c.       Mahasiswa /i mampu menjelaskan Patofisiologi Hipospadia
d.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Manifestasi Klinis Hipospadia
e.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Tanda dan Gejala Hipospadia
f.        Mahasiswa /i mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang penyakit Hipospadia
g.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Diagnosa Keperawatan Hipospadia
h.      Mahasiswa /i mampu menjelaskan Rencana Keperawatan Hipospadia














BAB II
PEMBAHASAN
A.  Defenisi
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran kencing tidak diujung penis, melainkan di bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong buah zakar. Oleh karena lubang kencing tidak berada di ujung maka saat buang air kecil maka air kencing akan membasahi celana. Menurut refrensi lain definisi hipospadia, yaitu:
1.      Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
2.      Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
3.      Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
4.      Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus) (Davis Hull, 1994 ).
5.      Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. 
B.   Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1.      Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2.      Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3.      Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

C.  Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

D.  Clinical Pathway

















E.   Manifestasi Klinis
1.      Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2.      Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
3.      Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4.      Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5.      Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6.      Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7.      Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8.      Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9.      Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

F.   Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

G.  Pemeriksaan Penunjang
1.      Rontgen
2.      USG sistem kemih kelamin.
3.      BNO-IVP

H.  Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
1.      Infertility
2.      Resiko hernia inguinalis
3.      Gangguan psikososial

I.        Penatlaksanaan
1.      Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
2.      Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
3.      Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a.       Operasi Hipospadia satu tahap(ONE STAGE URETHROPLASTY ) Adalah   tekhni operasi   sederhana   yang   sering   digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok.Kearah ventral ( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid  scrotum.  Intinya  tipe  hipospadia  yang  letak  lubang  air seninya lebih kearah proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau  sisa  kulit  yang sulit  di tarik  pada  saat dilakukan operasi  pembuatan  uretra  saluran  kencing  ).  Kelainan  yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.
b.      Operasi Hipospadia 2 tahap
Tahapan pertama operasi pelepasan chordee dan  tunelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing ) nantinya letaknya lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ), memobilisasi kulit dan preputium untuk  menutup  bagian  ventral/bawah  penis.  Tahap  selanjutnya (  tahap  kedua  )  dilakukan  uretroplasty  (  pembuatan  saluran kencing buatan/uretra ) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
A. PENGKAJIAN
1.      Pemeriksaaan Fisik
a.       Pemeriksaan genetalia
b.      Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c.       Kaji fungsi perkemihan
d.      Adanya lekukan pada ujung penis
e.       Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f.        Terbukanya uretra pada ventral
g.       Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,  drinage.
2.      Mental
a.       Sikap pasien sewaktu diperiksa
b.      Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c.       Tingkat kecemasan
d.      Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar.
2.      Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan
3.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan

No
Diagnosa Kep
Tujuan / Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.       
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan klien mampu :
-         Mendiskripsikan scra faktual perubahan fungsi tubuh.
-         Mempertahankan interaksi sosial

-         Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya.
-         Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
-         Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan penyakitnya.
-         Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
-         identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu.
-         Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil


2.       
Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan klien mampu :
-         klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
-         Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
-         Vital sign dalam batas normal.
-         Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

-         Gunakan pendekatan yang menenangkan..
-         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien.
-         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
-         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut.
-         Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
-         Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
-         Dengarkan dengan penuh perhatian.
-         Identifikasi tingkat kecemasan
-         Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
-         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan. Ketakutan


3.       
Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan klien mampu :
-         klien mengatakan nyerinya berkurang.
-         Observasi TTV  dan keadaan umum.
-         Kaji skala nyeri.
-         Kaji penyebab nyeri/faktor predisposisi.
-         Memberikan posisi yang nyaman.
-         Ciptakan lingkungan yang nyaman, aman dan tenang.
-         Berikan teknik relaksasi dan distraksi.
-         Berikan pengetahuan tentang nyeri pada pasien dan keluarga.
-         Kolaborasi : berikan obat analgesik 
































BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi. Gejalanya adalah:
1.      Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada  di bawah atau di dasar penis
2.      Penis melengkung ke bawah
3.      Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan   pada kulit depan penis
4.      Jika berkemih, anak harus duduk.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual